Salamku,

Senin, 29 Maret 2010

Menerima yang telah diberi


Seandainya ada orang di luar sana
yang hatinya penyayang.

Seandainya dia menemukan ku.

Dia pasti akan duduk dekat-dekat bersama ku.
Senyumnya yang ramah
mengijinkan aku untuk menangis haru.
Wajahnya yang mengerti,
mengubah pedih tangis ku
menjadi sejuknya sentuhan sutra
yang ditenun dari wangi melati.
Sesengguk tangis ku
menumpahkan semua sedih ku,
berserakan di antara kaki ku yang bisu tertidur.
Melolong aku dalam tangis ku,
bukan lagi karena kepedihan,
tetapi karena aku menikmati
bahwa tangisan orang yang menemukan kasih sayang
adalah tangisan yang berbahagia.

Aah … betapa tipisnya pemisah
antara tangis yang melukai dan tangis yang mengobati

Ternyata,
aku bisa tetap merasa damai di atas semua kekurangan,
kelemahan, dan keterpinggiran ku.

Sekarang aku mengerti
bahwa tugas utama ku bukan untuk tidak kekurangan,
bukan untuk tidak lemah, dan bukan untuk diketengahkan;
tugas pertama ku
adalah untuk menjadi pribadi yang damai.

Damai jiwa ku adalah kekayaan ku yang pertama.

Jiwa yang damai adalah kekayaan yang utuh,
yang menjadi sandaran bagi semua kekayaan

Sekarang aku tersenyum.

Sekarang aku tahu,
bahwa kesedihan hatiku adalah jalan dari pinggir
untuk menduga-duga arah menuju kebahagiaan ku.

Dalam akal ku yang sekarang terbebas dari mimpi buruknya,
aku melihat bahwa pengertian ku
adalah jalan besar menuju kebahagiaan ku.

Dan dalam pengertian ku yang lebih menerima,
aku tahu bahwa keterbukaan hati
adalah satu-satunya jalan menuju kebahagiaan.

Bahagianya aku………….
Harapku jadi nyata, betapa indahnya

Irhamna Ya Allah.............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar